manajemen piutang
MANAJEMEN
PIUTANG
Pengertian
Manajemen piutang
Piutang adalah
tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi
dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang/industri
menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli
masyarakat, atau alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan
secara kredit akan dapat meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki
resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih
besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau
bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar
investasi yang dibutuhkan.
Piutang, salah
satu jenis transaksi akutansi yang mengurusi penagihan konsumen yang berhutang
pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan
layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Pada sebagian besar
entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan membuat tagihan dan
mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang akan dibayar dalam suatu
tenggat waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran.
Ruang
Lingkup Manajemen Piutang
Kebijaksanaan
kredit (standar kredit/kualitas rekening yang diterima, jangka waktu /periode
kredit yang diberikan, discount/potongan tunai yang diberikan untuk pembayaran
yang lebih awal
Kebijaksanaan pengumpulan
piutang, dan faktor-faktor lain yang relevan.
keputusan kredit ini menyangkut tradeoffantarakeuntungan(marginal profit) dan biaya tambahan (marginal cost) yang disebabkan oleh perubahan
dalam salah satu atau kombinasi elemen-elemen tersebut.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya investasi dalam Piutang
1. Volume
penjualan kredit, semakin besar volume penjualan
kredit, makin besar investasi yang tertanam dalam Piutang
2. Syarat
pembayaran (termin), semakin lama masa
kredit,semakin besar invesatasinya.
3. Ketentuan
tentang pembatasan kredit, batasan kredit dapat
berupa kuantitatif (plafon kredit, semakin besar plafon kredit perpelanggan
makin besar investasi yang diperlukan) dan kualitatif (selektif terhadap
pelanggan kredit, makin ketat seleksi akan semakin memperkecil investasi dalam
piutang).
4. Kebijakan
pengumpulan piutang, pengumpulan piutang
dapat bersifat aktif (menggunakan debt collector)pengumpulan piutang lebih
tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu
keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka resiko tertunggaknya piutang lebih
besar.
5. Kebiasaan
membayar dari para langganan, apabila sebagian
besar pelanggan membayar pada masa diskon (termin 2/10;n/30), maka membutuhkan
investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada hari ke 30 atau
bahkan menunggak, perlu invstasi yg besar
Penilaian
resiko kredit
Resiko kredit
adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para
langganan. Oleh karena itu banyak perusahaan yang berusaha mengurangi resiko
kredit dengan memperhatikan lima “C” sebelum memberikan persetujuan kredit.
1.
Character,
kemungkinan dari para pelanggan secara jujur berusaha memenuhi kewajibannya.
2.
Capacity,
pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur dari record tahun
sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan toko pelanggan.
3.
Capital,
diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan
dengan analisis ratio finansiil, khususnya ditekankan pada “tangible networth”
perusahaan.
4.
Collateral,
dicerminan dari aktiva yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
5.
Conditions,
menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap
perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang ekonomi yang mempengaruhi efek
terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.
Langkah-langkah
pencegahan resiko tidak tertagihnya piutang.
a. Penentuan
besarnya resiko yang akan ditanggung perusahaan, hal ini ditentukan atas dasar
pengalamanpengalaman tahun-tahun sebelumnya. misalnya resiko ditetapkan 10%
dari piutang, jika perusahaan berencana meningkatkan penjualan dg Rp 100.000
dan akan menyebabkan tambahan biaya Rp 50.000, maka tambahan keuntungannya
adalah sebesar Rp 40.000(100.000-50.000-(10%x100.000))
b. Kemampuan
debitur memenuhi kewajibannya, hal ini dapat diukur dengan likuiditas dan
rentabilitas. Selain itu perlu dipertimbangkan “soliditas”:
1) soliditas
komersiil, kejujuran debitur/direkturnya dalam memenuhi kewajibannya tepat pada
waktunya.
2) soliditas
finansial, memiliki modal kerja yang cukup dalam memenuhi kewajibannya tepat
pada waktunya
3) soliditas
moril, sifat-sifat dan moril yang baik dari debitur/direkturnya.
4) Membuat
klasifikasi kredit tiap pelanggan, hal ini dapat digunakan daftar analisis umur
piutang (aging schedule) sehingga diketahui sejarah kredit tiap-tiap pelanggan.
5) Mengadakan
seleksi calon pelanggan, berdasar sejarah kredit dapat ditentukan pelanggan
mana yang dapat ditambah plafon kredit, diturunkan, atau tetap.
Perputaran
piutang
receivable turnover = net credit sales
average receivable
Average collection period = 360
receivable turnover
|
Contoh:
2002 2003
Net credit sales Rp 100.000 Rp 100.000
Receivable: awal tahun 20.000 30.000
akhir tahun 30.000 10.000
Average receivable Rp 25.000 Rp 20.000
Receivable turnover 4 kali 5 kali
Average collection period 90 hari 72 hari
|
Penjualan secara
kredit akan berdampak positif (kenaikan omset penjualan) dan negatif, seperti
kerugian karena piutang tak tertagih dan atau biaya kesempatan (opportunity cost)
Pertimbangan
untuk memperketat atau mempermudah pemberian kredit, dapat dilakukan dengan
memperhatikan cost dan benefit bila akan mengambil keputusan seperti contoh
berikut ini.
Selama ini
perusahaan menjual secara tunai, omset penjualannya sebesar Rp 800 juta,
keuntungan 15% dari penjualan. Jika perusahaan berencana untuk menjual secara
kredit dengan syarat pembayaran n/60. Hal ini ditaksir akan meningkatkan omset
penjualan menjadi 1.050 juta pertahun. Dana yang dibutuhkan untuk membiayai
piutang tersebut ditaksir sebesar Rp 148,75 juta pertahun. Apakah manejemen
menerima alternatif penjualan kredit tersebut?
Manfaat : tambahan keuntungan
= (1.050 jt – 800 jt) x 15% = Rp 37,5 jt
pengorbanan :
perputaran
piutang
= 360/60
= 6 kali
rata-rata
piutang
= 1.050/6
= 175 jt
dana untuk membiayai piutang
= 148,75jt
biaya dana yang
ditanggung = 148,75 x
15%
= 22,31 jt
manfaat bersih
= Rp 15,19 jt
Benefit > cost, layak untuk
diterapkan
Perusahaan menawarkan syarat
penjualan 2/20;n/60.
ditaksir 50% pelanggan akan
membayar pada hari ke 20, dan sisanya pada hari ke 60. maka :
Rata-rata periode pembayaran
piutang
= 0,5(20) + 0,5(60)
= 40 hari
Perputaran
piutang
= 360/40
= 9 kali
Rata-rata piutang
= 1.050/9
= 116,67 juta
Rata-rata dana yang diperlukan
untuk membiayai piutang
= 116,67 juta x
85% =
99,17 juta
Penurunan biaya dana
= 116,67 jt – 99,17 jt
= 17,5
juta
Manfaat : penurunan biaya
dana = 17,50 jt
Pengorbanan:
diskon
= 2% x 50% x 1.050 jt
= 10,50 jt
manfaat bersih 7,00 jt
Benefit > cost, layak untuk
diterapkan.
Aging schedule (daftar analisis
umur piutang) diperlukan untuk mengetahui sejarah pelanggan, dan atas dasar hal
tersebut, bagi yang menunggak perlu dilakukan langkah sbb:
1. Mengirimkan surat tegoran,
2. menelpon atau menghubungi
secara langsung,
3. menggunakan debt
collector,
4. menempuh prosedur hukum.
Jenis-Jenis
Piutang
Piutang timbul
apabila perusahaan (atau seseorang) menjual barang atau jasa kepada perusaahaan
lain (atau orang lain) secara kredit. Piutang merupakan hak untuk menagih
sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu
transaksi. Pada umumnya piutang timbul karena adanya transaksi penjualan secara
kredit.
Dalam praktek dikenal dua jenis
piutang, yaitu
1.
Piutang
Dagang
Piutang dagang
adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh si pembeli kepada perusahaan.
Piutang dagang umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun. Oleh karena itu
piutang dagang dalam neraca dilaporkan sebagai aktiva lancar.
Masalah – masalah akuntansi
yang bersangkutan dengan piutang dagang meliputi tiga hal, yaitu:
a. Pengakuan
piutang dagang
Dimisalkan pada
tanggal 1 juli 2008 perusahaan dagang merapi menjual barang kepada perusahaan
Merbabu seharga Rp. 100.000 dengan termin 2/10, n/30. Pada tanggal 5 juli,
barang seharga Rp. 10.000 di kembalikan oleh perusaah Merbabu kepada perusahaan
Merapi. Tanggal 11 juli, perusahaan Merapi menerima pembayaran dari perusahaan
Merbabu sebesar saldo tagihannya. Potongan tunai biasanya diberikan oleh
produsen (pabrik) kepada grosser (pedagang besar) atau dari grosser kepada
took-toko pengecer yang umumnya merupakan langganan dan transaksinya dilakukan
dalam partai besar. Potongan tunai 4 semacam ini tidak pernah kita jumpai dalam
transaksi penjualan dari took pengecer kepada konsumennya.
b. Penilaian
Piutang Dagang
Apabila piutang
dagang telah dicatat dalam pembukuan, persoalan berikutnya adalah bagaimana
melaporkan piutang dagang dalam neraca. Merunut Prinsip Akuntansi Indonesia,
piutang dagang harus dicatat dan dilaporkan sebesar nilai kas (neto) yang bias
direalisasi yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan dapat diterima. Jumlah atau
nilai kas bersih yang dapat diterima adalah jumlah piutang bruto setelah
dikurangi dengan taksiran jumlah (nilai) piutang yang tidak dapat diterima.
Oleh karena itu penentuan nilai kas bersih yang diterima memerlukan penaksiran
jumlah piutang yang tidak akan dapat diterima.
c. Kerugian
Piutang
Penjualan secara
kredit akan menguntungkan perusahaan karena lebih menarik bagi calon pembeli
sehingga volume penjualan meningkat yang berarti menaikkan pendapatan
perusahaan. Di lain pihak penjualan secara kredit seringkali mendatangkan
kerugian, yaitu apabila si debitur tidak mau atau tidak mampu melaksanakan
kewajibannya. Kerugian ini dalam akuntansi dikenal dengan berbagai nama,
seperti kerugian piutang, biaya piutang tak tertagih, dan biaya piutang
ragu-ragu. Dalam akuntansi, kerugian akibat piutang tak dapat ditagih dicatat
dengan menebet rekening kerugian piutang. Kerugian semacam itu dalam dunia
usaha dianggap sebagai hal yang normal dan merupakan risiko yang sudah
selayaknya bagi perusahaan yang melakukan penjualan secara 5 kredit. Ditinjau
dari sudut pandang manajemen, adanya kerugian piutang dalam jumlah yang wajar
menunjukkan bahwa kebijakan kredit yang ditetapkan perusahaan sudah tepat.
Kerugian piutan gyang terlalu rendah memberikan petunjuk bahwa kebijakan kredit
perusahaan terlalu ketat, sebaiknya kerugian piutang terlalu tinggi dapat
diartikan bahwa kebijakan kredit perusahaan terlalu longgar.
Pencatatan
kerugian piutang dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu ;
a) Metode
cadangan
Digunakan
apabila kerugian piutang yang biasa terjadi, cukup besar jumlahnya. Tiga hal
penting yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode ini adalah sebagai
berikut:
1. Kerugian
piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran dan ditandingkan
(matched) dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama dengan periode
terjadinya penjualan.
2. Jumlah
piutang yang ditaksir tidak akan dapat diterima dicatat dengan mendebet
rekening kerugian piutang dan mengkredit rekening cadangan kerugian piutang.
3. Kerugian
piutang yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebet rekening cadangan
kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang dagang pada saat suatu piutang
dihapus dari pembukuan.
b) Metode
Penghapusan Langsung
Apabila
perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung, maka jumlah kerugian
piutang tidak perlu ditaksir dan dalam pembukuan tidak digunakan rekening
cadangan kerugian piutang. Apabila suatu piutang diyakini tidak akan dapat
ditagih lagi, 6 maka kerugian akibat piutang tersebut langsung dideberkan ke
dalam rekening kerugian piutang dan rekening piutang dagang dikredit.
Dalam metode
penghapusan langsung, rekening kerugian piutang hanya akan menunjukkan jumlah
kerugian yang sesungguhnya diderita, dan piutang dagang akan dilaporkan dalam neraca
sebesar jumlah brutonya. Selain itu, biaya (kerugian) seringkali dilaporkan
pada periode yang berbeda dengan periode penjualannya. Dengan demikian ditinjau
dari konsep penandingan (Matching Concept), metode ini tidak memberikan
gambaran penandingan yang tepat dalam laporan rugi-laba. Di pihak lain neraca
perusahaan juga tidak memberikan gambaran tentang nilai tunai piutang yang
dapat direalisasi. Oleh karena itu, metode penghapusan langsung tidak diakui
untuk pelaporan keuangan, kecuali bila kerugian piutang kecil sekali jumlahnya.
Pengalihan Piutang
Perusahaan-perusahaan yang memiliki
piutang dalam jumlah besar seringkali berusaha untuk mempercepat penerimaan kas
dari piutangnya dengan cara menjual atau mengalihkan piutang tersebut kepada
perusahaan lain sehingga dapat segera memperoleh kas, dan dengan demikian
memperpendek jarak siklus operasi dari kas ke kas.
Perusahaan bersedia untuk
mengalihkan piutang kepada pihak lain karena beberapa alasan:
a. dalam
situasi uang ketat perusahaan sulit mendapatkan pinjaman untuk memenuhi
kebutuhan kasnya, selain itu tingkat bunga pinjaman juga cukup tinggi, oleh
karena itu piutang sedapat mungkin harus segera diubah menjadi kas meski tidak
melalui cara yang biasa.
b. penagihan
piutang seingkali memakan waktu yang cukup lama dan kadang-kadang memerlukan
biaya yang cukup besar, oleh karena itu perusahaan bersedia menerima kas yang
lebih kecil dari jumlah yang seharusnya diterima dari piutang, asalkan kas
dapat diterima lebih cepat.
Penjualan dengan Kartu
Kredit
Dalam penjualan biasa, terdapat dua
pihak yang melakukan transaksi yaitu penjual dan pembeli. Apabila penjualan
dilakukan dengan kartu kredit, maka terdapat tiga pihak yang terlibat yaitu:
1) Penjual,
2) Penerbit
Kartu Kredit,
3) Pembeli.
Ditinjau dari
sudut pembeli, apabila pembelian dilakukan dengan menggunakan kartu kredit,
maka penerbit kartu kredit akan membayar kepada penjual sebesar harga barang
yang dibeli. Ditinjau dari pihak penjual, apabila penjual dilakukan dengan
kartu kredit, maka penjual tidak mempunyai piutang kepada pembeli, melainkan
dialihkan kepada penerbit kartu kredit.
Keuntungan yang
diperoleh pihak penjual apabila penjualan dilakukan dengan kartu kredit adalah:
a) Penyelidikan
mengenai identitas dan bonafiditas pembeli dilakukan oleh penerbit kartu
kredit. Penjualan tidak perlu lagi bersusah payah melakukan hal ini sebagaimana
terjadi pada penjualan kredit biasa.
b) Penjual
tidak perlu lagi menyelenggarakan buku pembantu piutang yang berisi catatan
piutang kepada asing-masing pembeli (debitur)
c) Penjualan
tidak lagi terlibat dalam proses penagihan kepada pembeli karena hal itu akan
dilakukan oleh penerbit kartu. Penjual hanya berhubungan dengan penerbit kartu
kredit yang pelaksanaannya jauh lebih mudah dan sederhana.
d) Penjual
dapat menerima kas lebih cepat dari penerbit kartu kredit.
Untuk jasa yang
diberikan oleh penerbit kartu, penjual harus membayar uang jasa (fee) kepada
penerbit kartu yang besarnya berkisar antara 2% sampai 6% dari harga faktur.
Uang jasa ini merupakan biaya yang harus dibayar oleh pihak penjual, namun
penjual umumnya tidak keberatan karena adanya keuntungan-keuntungan di atas.
2.
Piutang
Wesel
Piutang wesel
atau piutang pendapatan (pendapatan yang masih akan diterima) dan dari aktiva
lain adalah piutang yang tidak timbul dari penjualan sehari-hari, karena
piutang dagang berkaitan erat dengan operasi perusahaan yang utama. Piutang
wesel lebih formal dari piutang dagang. Piutang wesel bisa juga timbul karena
transaksi peminjaman uang.
Wesel
surat perintah yang ditulis oleh orang yang mempunyai tagihan, dialamatkan
kepada orang yang berutang, meminta agar jumlah uang yang tertulis dalam surat
tersebut dibayar pada tanggal yang telah ditetapkan, kepada orang-orang yang
namanya tertulis dalam surat tersebut.
Bentuk surat
wesel bias bermacam-macam, asalkan memenuhi ketentuan-ketentuan yang termuat
pada pasan 100 KUHD yang memberikan batasan-batasan sebagai berikut:
a) Di
dalam surat wesel harus terdapat tulisan “surat wesel”.
b) Surat
wesel adalah perintah tak bersyarat untuk membayar uang sejumlah tertentu.
c) Disebutkan
nama orang yang harus membayar.
d) Ditentukan
hari jatuh tempo atau hari pembayarannya.
e) Disebutkan
tempat pembayarannya.
f) Disebutkan
nama orang yang ditunjuk.
1. Dicantumkan
tanggal dan tempat penarikan (pembuatan) surat wesel.
2. Dibubuhi
tandatangan orang yang menarik wesel.
Penandatangan
wesel oleh pihak tertarik disebut akseptasi yang berarti pengakuan dari pihak tertarik
bahwa ia mengetahui akan kewajibannya untuk membayar wesel sebagaimana tersebut
dalam surat wesel tersebut. Akseptasi atau tandatangan persetujuan dicantumkan
pada bagian pinggir atau di bagian bawah surat wesel. Dengan demikian dalam
surat wesel terdapat tiga pihak, yaitu: penarik, tertarik, dan pemegang wesel.
Wesel Berbunga dan
Wesel Tidak Berbunga
Wesel dapat dibedakan menjadi
a. wesel
berbunga adalah wesel yang disebutkan suatu tingkat bunga tertentu (biasanya
dinyatakan dalam persen). Pada wesel berbunga perlu dicatat dengan jelas
mengenai jumlah bunga yang diperhitungkan.
b. wesel
tidak berbunga adalah wesel yang tidak menyebutkan suatu tingkat bunga
tertentu. Pada wesel tidak berbunga tidak diperlukan pencatatan atas bunga.
Penyelesaian dan Pengalihan
Piutang Wesel
Surat wesel
adalah surat berharga yang bias dipindahtangankan, artinya wesel bisa dialihkan
dari suatu perusahaan atau seseorang kepada perusahaan atau orang lain dan
dengan demikian bias dijual untuk mendapatkan kas. Untuk mendapatkan uang
dengan cepat, pemegang saham kadang-kadang menjual piutang wesel kepada pihak
ain sebelum tanggal jatuh wesel. Pemegang wesel mengalihkan wesel dan
menyerahkannya kepada pembeli (biasanya sebuah bank), yang selanjutnya akan
menerima pelunasan wesel sebesar nilai jatuhnya pada tanggal jatuh wesel
tersebut.
Penjualan
piutang wesel sebelum tanggal jatuhnya disebut pendiskontoan piutang wesel
karena pemegang wesel akan menerima pembayaran yang jumlahnya lebih kecil
daripada nilai jatuh wesel yang bersangkutan. Harga jual wesel yang lebih
rendah ini akan menyebabkan pendapatan bunga yang diterima pemegang wesel
manjadi berkurang. Hal ini wajar, karena bagian pendapatan bunga yang tidak
jadi diterima ini merupakan harga yang harus dibayar untuk penerimaan kas yang
lebih cepat dari tanggal seharusnya (tanggal jatuh wesel).
Piutang Wesel Dengan
Angsuran
Piutang yang
pembayarannya diangsur selama jangka waktu wesel disebut piutang wesel karena
wesel ini memiliki periode untuk mengangsur pokok pinjaman dan bunga selama
jangka waktu tertentu di masa yang akan dating. Setiap penerimaan angsuran akan
terdiri dari
a. bunga
dari pokok pinjaman yang beluum dibayar
b. pengurangan
atas pokok pinjaman.
Pendapatan bunga
setiap periode angsuran semakin menurun, sedangkan angsuran pokok pinjaman
semakin bertambah.
Piutang wesel
dengan angsuran pada saat timbul akan dicatat sebesar nilai nominalnya, dan
selanjutnya dibuat jurnal untuk mencatat angsuran yang telah dilaksanakan.
Piutang wesel dengan angsuran dan wesel jangka panjang lainnya biasanya dijamin
dengan suatu hipotik, artinya pinjaman dijamin dengan kekayaan tertentu milik
peminjam. Apabila peminjam tidak melaksanakan kewajibannyam maka jaminan dapat
dijual agar pelunasan tetap berjalan sebagaimana diperjanjikan.
Penyajian
Piutang Dalam Neraca
Apabila perusahaan mempunyai berbagai jenis piutang,
maka dalam neraca piutang harus diklasifikasikan menurut jenisnya, atau dalam
catatan atas laporan keuangan. Wesel jangka pendek (kurang dari setahun)
dicantumkan dalam neraca dibawah inbestasi sementara pada bagian aktiva lancer.
Selain itu, piutang wesel juga harus dilaporkan dalam jumlah bruto maupun
cadangan kerugian piutangnya.
Kesimpulan
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain
dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Kebijaksanaan
kredit (standar kredit/kualitas rekening yang diterima, jangka waktu/periode
kredit yang diberikan, discount/potongan tunai yang diberikan untuk pembayaran
yang lebih awal.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya investasi dalam Piutang yaitu
a) Volume penjualan kredit
b) Syarat pembayaran (termin),
c) Ketentuan tentang pembatasan kredit,
d) Kebijakan pengumpulan piutang,
e) Kebiasaan membayar dari para
langganan
Langkah-langkah
pencegahan resiko tidak tertagihnya piutang.
a) Penentuan besarnya resiko yang akan
ditanggung perusahaan
b) Kemampuan debitur memenuhi
kewajibannya, hal ini dapat diukur dengan likuiditas dan rentabilitas. Selain
itu perlu dipertimbangkan “soliditas”: soliditas komersiil, solidits finansiil
dan soliditas moril,
c) Membuat klasifikasi kredit tiap
pelanggan,
Perputaran
piutang
Perputaran piutang (receivable turnover) dipengaruhi oleh syarat
pembayaran dan kecenderungan debitur untuk menepati janji pembayarannya.
Apabila rata-rata hari pengumpulan piutang lebih lama dari batas pembayaran,
maka cara pengumpulan piutang kurang efisien.
Jenis-Jenis
Piutang
1. Piutang Dagang
Piutang
dagang adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh si pembeli kepada perusahaan.
Masalah – masalah akuntansi yang bersangkutan
dengan piutang dagang meliputi tiga hal, yaitu: Pengakuan piutang dagang,
Penilaian Piutang Dagang dan Kerugian Piutang. Pencatatan kerugian piutang dapat
dilakukan dengan dua metode, yaitu ; Metode cadangan dan Metode Penghapusan
Langsung
2. Piutang Wesel
Piutang
wesel atau piutang pendapatan (pendapatan yang masih akan diterima) dan dari
aktiva lain adalah piutang yang tidak timbul dari penjualan sehari-hari, karena
piutang dagang berkaitan erat dengan operasi perusahaan yang utama.
DAFTAR PUSTAKA
aksartono.edublogs.org/files/2008/10/bab-vi-manajemen-piutang
Komentar
Posting Komentar