Proses Pengembangan Sistem : Pengantar Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Proses Pengembangan Sistem
: Pengantar Siklus Hidup Pengembangan Sistem
I.
SIKLUS
HIDUP PENGEMBANGAN SISTEM
Banyak perusahaan berukuran moderat dan besar
memiliki sebuah kelompok servis komputer internal yang merancang sistem
komputer menurut pesanan (kebutuhan) untuk memenuhi kebutuhan sistem informasi
yang unik dari organisasi. Sistem-sistem ini dikembangkan melalui sebuah proses
yang formal yang disebut siklus hidup
pengembangan sistem (system development life cycle,
disingkat SDLC).
SDLC merupakan sebuah proses tujuh tahap yang terdiri atas dua tahap utama:
pengembangan sistem dan pemeliharaan.
Pengembangan sistem
Enam tahap pertama dalam SDLC menjelaskan aktivitas-aktivitas yang harus
dijalani oleh semua sistem baru. Pengembangan
sistem baru melibatkan lima langkah: mengidentifikasi masalah,
memahami apa yang telah dilakukan, mempertimbangkan solusi alternatif, memilih
solusi yang terbaik, dan menerapkan solusi.
Pemeliharaan
Pemeliharaan berarti mengubah sistem untuk mengakomodasi perubahan dalam
kebutuhan pemakai. Dalam batas tertentu pekerjaan ini cukup sepele, misalnya
memodifikasi sistem untuk menghasilkan sebuah laporan baru atau mengubah
panjang field data. Pemeliharaan dapat juga lebih luas dari itu, seperti
misalnya melakukan perubahan besar pada logika aplikasi dan alat penghubung
sistem (interface) yang dimiliki pemakai.
Pemeliharaan mewakili pengeluaran sumber daya yang signifikan dibandingkan
biaya pengembangan awal. Selama masa hidup sebuah sistem, 80 sampai 90 persen
dari total biayanya terserap dalam tahap pemeliharaan.
Pihak-pihak yang terkait dalam SDLC
Pihak pihak yang terkait dalam pengembangan sistem dapat diklasifikasikan
dalam tiga kelompok besar: profesional sistem, pemakai akhir, dan stakeholders.
Profesional sistem adalah analisa sistem, desainer sistem, dan pemrograman.
Mereka mengumpulkan fakta tentang masalah-masalah yang terdapat dalam sistem
saat ini, menganalisa fakta-fakta ini dan merumuskan sebuah solusi untuk memecahkan
masalah.
Pemakai
akhir adalah mereka yang menjadi
tujuan dibangunnya sebuah sistem. Terdapat banyak pemakai di semua tingkat
dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah para manajer, personel operasi,
akuntan, dan auditor internal.
Stakeholders adalah individu-individu yang terdapat di luar
maupun dalam organisasi, yang memiliki kepentingan terhadap sistem tersebut
tetapi bukan merupakan pemakai akhir. Termasuk dalam hal ini adalah akuntan,
auditor internal, auditor eksternal, dan komite pengawas internal yang
mengawasi pengembangan sistem-sistem tersebut.
II. MEMPERBAIKI PENGEMBANGAN SISTEM MELALUI
OTOMATISASI
SDLC mengalami tiga
masalah yang menjadi penyebab kegagalan sebagian besar sistem. Masalah-masalah
tersebut adalah:
1. Persyaratan sistem yang tidak dispesifikasi
dengan baik. Proses ini melibatkan komunikasi manusia dan saling menukar
gagasan di antara pemakai dan profesional sistem. Pertukaran informasi ini
sering kali terjadinya tidak sempurna, kesalahan-kesalahan sering kali
dilakukan dalam usaha mengidentifikasi masalah dan kebutuhan.
2. Teknik-teknik pengembangan sistem yang tidak
efektif. Dalam skenario yang paling buruk, perangkat pengembangan sistem
hanya berupa selembar kertas, pensil, penggaris, dan penghapus. Sistem ini
diperbaiki dengan adanya perangkat lunak grafis yang berbasiskan PC (personal
komputer), yang memungkinkan pembuatan desain awal dan perubahan-perubahannya
dilakukan secara elektronik.
3. Kurangnya keterlibatan pemakai dalam
pengembangan sistem. Penyebab utama kegagalan sistem adalah
keterlibatan pemakai akhir dalam tahap-tahap pengembangan yang kritikal. Pada
satu waktu, pengembangan sistem komputer dianggap wilayah eksklusif dari para
profesional sistem. Selama periode tersebut, para pemakai (termasuk para
akuntan) melepaskan tanggung jawab tradisional mereka untuk desain sistem.
Pembuatan prototipe
Pembuatan prortotipe
adalah teknik untuk memberikan versi pekerjaan pendahuluan dari sistem kapada
pemakai. Tujuan teknik adalah bahwa prototipe itu mewakili "spesifikasi
fungsional yang tidak ambigu, menjadi kendaraan untuk mengorganisasikan dan
belajar, dan berproses untuk nantinya berkembang secara perlahan-lahan menjadi
sistem yang diterapkan sepenuhnya". Ketika para pemakai sistem bekerja
dengan prototipe dan memberikan usulan perubahan, baik pemakai maupun
profesional sistem mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang
sebenarnya dibutuhkan oleh sistem tersebut.
Pendekatan Kasus
Teknologi rekayasa teknologi perangkat keras yang
dibantu oleh komputer (computer-aided software engineering-CASE)
melibatkan penggunaan sistem komputer untuk membangun sistem komputer.
Perangkat CASE merupakan produk-produk perangkat lunak komersial yang berisi
aplikasi-aplikasi integratif yang mendukung aktivitas SDLC secara luas.
Metodologi ini dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas profesional
sistem, memperbaiki kualitas desain sistem, dan memperlancar SDLC.
Jantung
sistem CASE adalah repositori (tempat
penyimpanan) sentral. Pada dasarnya, ini merupakan database yabg berisi
atribut-atribut, relasi-relasi, dan elemen-elemen yang menjelaskan semua
aplikasi yang dibuat oleh sistem CASE. Termasuk dalam item-item ini adalah:
1. Definisi semua database
2. Dokumentasi
sistem, seperti diagram konteks, diagram arus data, dan grafik struktur.
3. Kode
program
4. Modul-modul
program yang dapat dipakai ulang.
5. Layar
prototipe pemakai.
Sistem repositori sentral membantu untuk
mengintegrasikan aktivitas-aktivitas desainer sistem yang bekerja pada proyek
yang sama atau pada proyek-proyek yang terpusat tetapi saling berkaitan.
Model CASE
Model diagram arus data
DAD menggunakan
serangkaian simbol yang mewakili proses, sumber data, arus data, dan urutan
proses sistem yang ada saat ini atau sistem yang diusulkan. Sebagai sebuah
perangkat desain sistem, DAD digunakan untuk mewakili bermacam-macam tingkat
rincian sistem.
Model prototipe
Model prototipe mendukung
konsep pembuatan prototipe. Model ini sangat membantu memastikan bahwa
kebutuhan pemakai dipenuhi. Profesional sistem dapat segera memberikan layar
input dan format-format laporan kepada para pemakai. karenanya pemakai
dapat memvisualisasikan fitur-fitur
tertentu dari sistem tersebut sebelum nantinya benar-benar dirancang dan
mengevaluasi sistem yang diusulkan.
Model desain
Logika model desain
didasarkan pada konsep (penguraian) sistem. Setiap sistem dapat diuraikan atau
didekomposisikan dari atas ke bawah dalam bentuk sub-subsistem yang lebih kecil
dan lebih kecil lagi. Diagram struktur menunjukkan keseluruhan relasi di antara
modul-modul yang membentuk sistem tersebut. Setiap modul mewakili sebuah
program terpisah yang harus dikodekan, kecuali jika model itu sudah ada sebagai
modul program yang dapat dipakai berulang.
Model pengkodean
Salah satu keunggulan CASE
dalam menghemat tenaga kerja adalah fasilitasnya untuk mentransformasikan
diagram struktur ke dalam modul-modul komputer. Banyak program CASE top-end
menghasilkan kode sumber program, seperti COBOL, C, dan C++. Program-program
sumber ini kemudian dikompilasikan (diterjemahkan) ke dalam modul-modul kode
mesin yang dapat dijalankan. Pendekatan kode non-sumber memiliki dua implikasi
untuk akuntan, auditor, dan pihak-pihak manajemen. Pertama adalah masalah
kontrol potensial. Kode sumber program merupakan bagian dari dokumentasi
sistem. Untuk merancang prosedur pengujian dengan benar, para auditor perlu
mempelajari kode sumber. Jika kode sumber tidak ada, hal ini akan menghalangi
pengujian dan mendesak auditor untuk menggunakan prosedur alternatif yang
kurang efisien dan menuntut biaya yang lebih besar. Kedua, pendekatan kode
non-sumber dapat mempengaruhi komitmen perusahaan pada perangkat CASE dan
pemasok pengembangan, aplikasi-aplikasi tetap independen dari sistem CASE. Jika
pihak manajemen memutuskan untuk beralih ke pemasok lain, aplikasi yang dipakai
saat ini tetap dapat dipertahankan.
Model Pemeliharaan
Model pemeliharaan CASE
memfasilitasi pemeliharaan program dan sangat mempengaruhi efek gunung es.
Aplikasi-aplikasi yang pada awalnya dikembangkan menurut sistem CASE relatif
mudah dipelihara. Program pemeliharaan mempelajari dokumentasi untuk aplikasi
tersebut dan merupakan dokumentasi untuk aplikasi tersebut dan melakukan
perubahan yang diperlukan di tingkat konseptual pada DAD.
Keunggulan CASE
1. Mengurangi kompleksitas sistem
2. Meningkatkan fleksibilitas.
3. Kapasitas untuk mempelajari desain-desain
alternatif.
4. Proses pemgembangan yang lebih cepat
5. Mempromosikan keterlibatan pemakai.
6. Kode program dan dokumentasi yang dapat
dipakai berulang kali
7. Mengurangi biaya pemeliharaan.
Kelemahan CASE
1. Biaya produk yang mahal.
2. Waktu dan biaya memulai yang banyak.
3. Perangkat CASE yang tidak sesuai
4. Program yang tidak sesuai.
III. PERENCANAAN SISTEM DAN ANALISIS SISTEM
Tujuan perencanaan sistem
adalah untuk menghubungkan proyek-proyek atau aplikasi-aplikasi sistem
individual dengan tujuan-tujuan strategis. Perencanaan sistem terbagi atas dua
tingkat: perencanaan sistem strategis dan perencanaan proyek. Perencanaan sistem strategis melibatkan
alokasi sumber daya sistem di tingkat makro. Aktivitas ini biasanya dilakukan
dalam kerangka waktu tiga sampai lima tahun.
Ada tiga pembenaran untuk perencanaan sistem strategis:
1. Sebuah rencana yang berubah secara konstan
lebih baik daripada tidak ada rencana sama sekali. Perencanaan strategis menunjukkan
jalan yang akan diikuti perusahaan untuk mewujudkan tujuan sistem informasi.
2. Perencaanaan strategis mengurangi
komponen-komponen krisis dalam pengembangan sistem. Sebuah perencanaan formal
merupakan sebuah model untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan kebutuhan
pemakai.
3. Perencanaan sistem strategis menyediakan
kontrol otorisasi untuk SDLC. SDLC serupa dengan sistem aktiva tetap. Dalam
kasus ini, aktiva tetap merupakan sistem baru dan proses akuisisi adalah SDLC.
Tujuan
Perencanaan proyek adalah
untuk mengalokasi sumber daya pada aplikasi-aplikasi individual di dalam
kerangka perencanaan strategis. Hal ini melibatkan pengidentifikasian
wilayah-wilayah kebutuhan pemakai, menyiapkan proposal, mengevaluasi setiap
kelayakan proposal dan sumbangannya bagi perencanaan bisnis, memprioritaskan
proyek individual, menjadwalkan pekerjaan yang harus dilakukan.
Peran Akuntan dalam Perencanaan Sistem
Selama proses perencanaan,
para kuntan sering diminta untuk memberikan keahlian mereka dalam mengevaluasi
kelayakan sebuah proyek. Keahlian mereka diperlukan untuk menspesifikasi
aspek-aspek kelayakan ekonomi dan hukum. Dalam peran mereka sebagai auditor,
para akuntan harus mempelajari tahap perencanaan sistem dari SDLC secara rutin.
Para akuntan eksternal dan internal berkepentingan untuk memastikan bahwa
perencanaan sistem yang memadai telah dilakukan.
Peran Akuntan dalam Analisis bisnis
Sebagai
langkah pendahuluan untuk setiap audit keuangan, para akuntan mensurvei sistem
untuk memahami elemen-elemen penting dari sistem yang digunakan saat ini.
Pengalaman dan pengetahuan akuntan di bidang ini dapat menjadi sumber yang berharga
bagi analisis sistem. Auditor perusahaan (eksternal dan internal) adalah stakeholders
dalam sistem yang diusulkan.
IV. DESAIN SISTEM KONSEPTUAL
Tujuan dari tahap desain
konseptual adalah untuk memastikan beberapa sistem konseptual alternatif yang
memuaskan persyaratan sistem yang telah diidentifikasi selama analisis sistem.
Bagian ini menjelaskan dua pendekatan untuk desain sistem konseptual:
pendekatan desain terstruktur dan pendekatan desain yang berorientasi objek.
Pendekatan desain
terstruktur merupakan sebuah cara yang disiplin untuk mendesain sistem dari
atas ke bawah. Dengan pendekatan ini, proses bisnis yang sedang dirancang
biasanya didokumentasikan menurut arus data dan diagram data.
Pendekatan desain yang berorientasi
objek adalah untuk membangun sebuah sistem informasi dari komponen-komponen
atau objek-objek standar yang dapat digunakan berulang kali.
Peran Akuntan dalam desain sistem konseptual
Akuntan bertanggung jawab
untuk sistem konseptual (arus informasi logis), dan profesional sistem
bertanggung jawab untuk setiap fisik (pekerjaan teknis untuk membangun sistem).
Sementara berpartisipasi dalam proses desain konseptual, akuntan harus
menyadari bahwa setiap sistem alternatif harus dikontrol secara memadai, jejak
audit harus dilestarikan, dan konvensi-konvensi akuntansi dan persyaratan hukum
harus dipahami. Auditor merupakan stakeholders dalam semua sistem
keuangan dan karenanya memiliki kepentingan dalam tahap desain konseptual dari
sistem tersebut. Auditabilitas sebuah sistem sebagian bergantung pada
karakteristik desainnya. Sebagian teknik-teknik audit komputer mensyaratkan
bahwa sistem didesain dengan fitur-fitur audit spesial yang menyatu dengan
sistem tersebut.
Komentar
Posting Komentar